KETULUSAN HATI KURA-KURA KECIL
Oleh: Zahyani Annisa Issaura
Di tepi pantai yang bersih dan indah, yang belum terjamah tangan manusia. Hiduplah dengan damai keluarga Kura-Kura. Bapak Kora, adalah Ayah Kura-Kura yang menikah dengan Bu Ruka, Ibu Kura-Kura, memiliki seorang anak yang masih kecil yang bernama Kuka.
Kuka, si Kura-Kura kecil, sangat senang bermain di tepi pantai. Kadang-kadang Kuka membantu Ibu dan Ayahnya bekerja.
Suatu hari, Kuka mendengar tangisan di tepi pantai. Kuka penasaran dengan sumber tangisan itu, dia kemudian mencari asal suara tangisan tersebut. Terlihat seekor umang-umang kecil sedang menangis di balik batu besar. Tapi, anehnya umang-umang itu tidak mempunyai cangkang, sehingga badannya terlihat sangat kecil.
"Wahai, Umang-Umang, kenapa kau menangis? Ada yang bisa kubantu?" tanya Kuka padanya.
"Aku, kehilangan cangkangku. Padahal itu adalah pelindung bagiku. Tanpa cangkang itu, aku bisa mati kepanasan sebelum sampai kerumahku. Huhuhu" jawab umang-umang sambil tersedu.
"Baiklah, sekarang kamu lebih baik beristirahat di rumahku, aku akan pergi mencarikan cangkangmu" kata Kuka dengan yakinnya.
"Wah, terimakasih kura-kura atas ketulusan hatimu membantuku" umang-umang tersenyum bahagia.
Setelah mendapat izin oleh kedua orangtuanya, Kuka kecil pergi menyusuri pantai, berharap segera bertemu dengan cangkang yang cocok dengan umang-umang kecil.
Sudah hampir seharian dia mencari, dan akhirnya cangkang itu ketemu. Kuka sangat senang, sekaligus kebingungan, ternyata dia sudah sangat jauh dari rumahnya, kalau pulang sekarang, dengan jalannya yang lambat, Kuka pasti akan kemalaman dan itu lebih membahayakan. Kalau berenang mungkin akan lebih cepat, tapi sayangnya Kuka belum pandai berenang.
Kuka kecil kebingungan, tiba-tiba dari tepi pantai, seekor penyu besar menyapanya.
"Hai Kura-kura kecil, kenapa kamu terlihat bingung?" tanyanya.
"Aku ingin pulang, tapi ini sudah petang, jalanku lambat, pasti aku akan kemalaman sampai rumah, kalau berenang, aku belum pandai".
"Begitu, aku bisa membantumu, sekarang naiklah ke pundakku, aku akan membawamu ke rumahmu sebelum malam tiba" kata Paman Penyu itu.
Betapa senang hati Kuka, bukan hanya karena bisa pulang dengan cepat, tapi dia bisa berenang di laut lepas. karena selama ini, orangtuanya jarang mengajaknya ke dalam laut, sedangkan ia sendiri belum pandai berenang.
Whuussssssh.
"Yeayyyy, aku berenang dengan cepat. Aku berenang dengan cepat. Terimakasih paman penyu", teriak Kuka dengan senangnya.
Akhirnya Kuka sampai dirumahnya. Dia sangat berterimakasih kepada paman Penyu, yang telah mengantarnya, dan membuatnya senang.
"Sama-sama, Kuka. Paman pulang, ya. Sampai jumpa lagi", kata Paman Penyu.
Kukapun menyerahkan cangkang yang telah ia dapatkan kepada umang-umang. Umang-umang sangat senang.
Keesokan harinya, sebelum umang-umang pergi, dia bertanya kepada Kuka.
"Kuka, dengan apa aku bisa membalas kebaikanmu? Kamu sudah sangat tulus membantuku."
"Tidak perlu wahai umang-umang, aku sungguh bahagia bisa membantumu. Karena dengan membantumu, aku juga memperoleh bantuan yang lain, dan aku sangat bahagia karena itu" jawab Kuka berseri-seri.
Umang-umang pun pulang kerumahnya. Kuka juga kembali bermain di tepi pantai seraya membantu kedua orangtuanya. Hatinya diliputi kebahagiaan, karena ternyata membantu orang lain itu menyenangkan, dan Kuka yakin paman penyu juga berpikiran seperti itu.
TAMAT.
Hikmah: Bantulah orang lain disaat mereka membutuhkan bantuanmu. Bantulah tanpa mengharapkan balasan. Karena yakinlah, ketika kamu kesulitan, akan ada juga orang lain yang membantumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar