Jumat, 22 Maret 2019

BERSYUKUR TIDAK LULUS SNMPTN
Oleh: Zahyani Annisa Issaura

5 tahun yang lalu. Hari yang dinanti-nanti banyak siswa di seluruh penjuru Indonesia itu, tiba juga. Aku dan beberapa temanku, sudah siap di depan laptop masing-masing. Bolak-balik membuka website SNMPTN. Padahal aku sendiri sadar, peluangku kecil. Tapi, peluang itupun sudah aku pertimbangkan dengan sangat matang. Tiga pilihan. Dua di IPB dan satu di UNIB (Universitas Bengkulu).

Aku dari dulu sangat ingin kuliah di IPB, apapun jurusannya asal di IPB. Jadi, akhirnya aku memilih jurusan yang sekiranya aku suka dan passing gradenya kecil. Saat itu, aku memilih Meteorologi Terapan-IPB dan IKK (Ilmu Kesejahteraan Keluarga) IPB. Sedangkan, pilihan ketiga Agroteknologi-UNIB, hanya sekedar memanfaatkan kesempatan yang diberi tiga pilihan, formalitas, aku bahkan tak menginginkan kuliah di Bengkulu.

IPB. Sepertinya satu angkatan IPA di SMAku tahu, bahwa aku sangat ingin masuk IPB. Sangat berambisi. Pokoknya SNMPTN tidak lulus, akan berjuang di SBMPTN, tidak lulus juga, akan berjuang di mandiri, itu tekadku, asal di IPB. Aku tahu, Ibuku sebenarnya agak berat aku ambil ketiga pilihan itu. Meteorologi, katanya banyak penelitian ke Gunung, dan jelas Ibuku tidak suka. IKK, jurusan yang tidak jelas, pikir Ibuku, dan Agroteknologi, jurusan asal pilih yang aku sendiri tidak mengerti, gimana Ibuku mau setuju.

Jreng jreng..pukul 4 sore, website bisa terakses. Aku tidak lulus. Harusnya aku biasa saja. Tapi, tidak. Tidak semudah itu menerimanya. Aku menangis. Tangisan yang sangat lama. Mengurung diri di kamar. Aku frustasi ringan sepertinya, aku yang biasa edit gambar di photoshop, melakukan hal gila. Namaku yang tidak lulus, aku edit menjadi lulus di IPB dan aku unggah gambarnya ke Facebook. Banyak orang memberi selamat atas kelulusan palsu itu. Padahal jelas captionnya "Aku frustasi". Itu hanya editan, kenyataanya aku tidak lulus.

Akhirnya, Ibu dan Ayah memanggilku. Kita berbicara bertiga di ruang tamu. Aku bilang ingin mempertahankan IPB di SBMPTN. Sedangkan Ibuku, mengarahkan untuk aku lepas IPB dan pilih jurusan keguruan. Tak apa, tidak kuliah di Bengkulu katanya, asal ambil pendidikan. Dalam hati, aku tidak mau. Aku tidak bisa jadi guru pikirku. Tapi, Ayah bilang, semua bisa dipelajari. Sayang sekali di IPB tidak ada keguruan.

Setelah diskusi panjang, dengan si keras kepala ini, akhirnya aku mengalah. Terpilihlah tiga jurusan baru. Jadi, sebenarnya, cita-cita aku apa, akupun masih bingung kala itu. Pilihan pertama, Teknik Lingkungan-UNAND, kedua, Pendidikan Bahasa Arab-UPI, dan ketiga, Pendidikan Bahasa Inggris-UPI. Berbeda dengan SNMPTN, ketiga jurusan terpilih di SBMPTN, punya pertimbangan masing-masing. Singkatnya, Teknik Lingkungan dipilih karena itu untuk jurusan IPA dan aku mencintai kebersihan. Pendidikan Bahasa Arab dipilih karena aku paling cepat kalau disuruh menghafal percakapan bahasa Arab di kelas, dan Pendidikan Bahasa Inggris dipilih karena sudah kenyang makan bahasa Inggris dari kecil, Ibuku guru Bahasa Inggris, dulu SMP, ikut kelas RSBI yang bukunya bilingual, yah, begitulah.

Setelah, melewati tes SBMPTN, yang membuatku mampir ke daerah Padang, Alhamdulillah, di suatu tanggal yang aku lupa tanggal berapa. Setelah sholat Magrib berjamaah di rumah, aku perlahan membuka website SBMPTN, dan kejutan, LOLOS DI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB-UPI. Ibu langsung menangis terharu, Ayah pun tak kalah terharu. Aku terharu, kaget, campur aduk. Aku menginginkan jurusan itu, bahkan sering kudoakan setelah aku berusaha ikhlas melepas IPB. Tapi, belum sepenuhnya sadar, bahwa aku telah menjadi calon mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab. WOW!

Tentu harga kelulusan ini sebanding dengan perjuangannya. Tidak mudah, sangat tidak mudah. Lelah, penuh air mata. Aku sempat takut tidak kuliah, karena tidak lolos SNMPTN, aku juga sudah lulus di Teknik Lingkungan-UII Yogya, dan membayar uang 10 Juta, untungnya bisa dikembalikan lagi 8 juta. Hhe. Rora..Rora. Aku juga tiap hari belajar untuk SBMPTN, ikut bimbel persiapan SBMPTN, sampai pernah berdarah di dagu akibat lari dan terpeleset, yang berdampak tidak bisa ikut Try Out. Ikut yang kelas SAINTEK, padahal pas SBMPTN ambil IPC, yang berarti SOSHUMnya belajar sendiri, eh, Alhamdulillah, lulusnya di SOSHUM. Luar biasa pokoknya, kalau ingat masa itu.

Hikmahnya, setelah akhirnya, mendapatkan gelar S.Pd. dari jurusan Pendidikan Bahasa Arab-UPI, aku bersyukur tidak lulus SNMPTN. Aku bersyukur kuliah di UPI. Aku bersyukur tinggal di Bandung yang sejuk. Aku bersyukur mengenal dan belajar bahasa Sunda. Aku bersyukur tidak lulus di Meteorologi Terapan-IPB, karena ternyata ada mata kuliah fisika murni, dan aku benci fisika. Padahal dulu, aku sangat menginginkan jurusan itu, hanya karena nama ku, Rora, adalah nama suatu fenomena alam, Aurora, dan sangat ingin bekerja di BMKG. 

Untuk calon mahasiswa, tidak lulus SNMPTN itu bukan akhir. Boleh sedih, boleh kecewa tapi jangan lama-lama. Pasti akan ada hikmahnya. Akan lebih baik, kalau sekarang menyambut yang ada di depan. Persiapkan yang terbaik. Belajar. Ambil hikmahnya. Dan kuncinya Birrul walidain, Ridho Allah ada di ridho orangtua. Yang sampai sekarang orangtuanya belum terlalu setuju dengan pilihannya, coba dikomunikasikan lagi. Kita memang jangan sampai terpaksa memilih salah satu jurusan karena paksaan orangtua. Jangan. Tapi, kita juga jangan memaksakan kehendak kita, sedang orangtua tidak setuju. Mengalahlah. Turunkan ego. Dulu aku sangat tidak ingin jadi guru, tapi, ternyata orangtuaku, terutama Ibu itu benar, kalau aku suatu saat akan sangat mencintai profesi itu, dan itu terbukti sekarang.

Ibuku pun dulu tidak yakin, kenapa aku memilih bahasa Arab. Tapi, karena aku sudah menurunkan ego, dan mau memilih pendidikan, Ibupun tidak memaksakan kehendak kalau aku harus milih bahasa Inggris (Milih sih tapi pilihan ketiga dan itu kebalik, harusnya Inggris dulu baru Arab). Cara komunikasi dengan baik kepada orangtua itu sangat penting.

Intinya, belajarnya menemukan hikmah dari setiap peristiwa, dari setiap kekecewaan. Karena hikmah itulah yang menjadikan kita semakin cinta kepada Allah, dan bersyukur atas ketetapan-Nya. Suatu saat kamu yang belum berhasil di SNMPTN saat ini pun, akan bersyukur, karena kegagalan ini, membawa ke jalan kesuksesan yang membahagiakan.

Salam Pejuang SBMPTN 2014. Yang pernah sangat kecewa tidak lolos SNMPTN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar