PANGERAN YANG TAK BAHAGIA
Alkisah, di suatu kerajaan antah berantah, hiduplah seorang pangeran yang gagah perkasa, cerdas, tampan, hebat dalam berkuda, serta pintar dalam memanah, bernama Pangeran Arkara. Pangeran ini merupakan pewaris kerajaan. Dengan kemampuan yang ia miliki, pangeran ini banyak membuat puteri-puteri dan gadis-gadis jatuh cinta padanya. Sayangnya dia belum memiliki pilihan, siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
Di suatu hari, kerajaan mengadakan pertandingan balap kuda yang meriah, mengundang banyak kerajaan-kerajaan lain, bahkan kerajaan yang di luar pulau sekalipun ikut menghadiri. Selama pertandingan balap kuda berlangsung, salah seorang puteri dari kerajaan luar pulau, ikut mengisi acara, dengan membacakan sebuah puisi. Konon katanya, puteri kerajaan ini, merupakan putri mahkota, pewaris kerajaan. Cerdas, cantik, tutur katanya halus, humoris, ramah dan sangat pandai membuat puisi. Pangeran Arkara terkesima dengan puisi yang dibacanya. Sastra yang luar biasanya, kagumnya dalam hati. Sebelum pertandingan balap kuda selesai, Pangeran Arkara berniat untuk berkenalan dengan puteri Pembaca Puisi tadi, karena ia termasuk salah satu yang mengagumi sastra. Tapi terlambat, Puteri tersebut sudah kembali pulang dengan kapal besar menuju Kerajaanya di luar pulau, sangat jauh, butuh kurang lebih satu minggu untuk kesana.
Pangeran Arkara tak kehabisan akal. Kala itu burung merpati adalah pengirim surat terbaik. Pangeran pun menulis surat, sebagai perkenalan diri, dan berniat bertukar wawasan sastra dengan puteri tersebut. Satu minggu tak ada balasan, dua minggu kemudian baru tiba surat balasan. Namanya Puteri Zanira, dan benar seperti yang diceritakan banyak orang, bahwa Puteri Zanira adalah pewaris kerajaan luar pulau nun jauh disana. Benar juga, bahwa Puteri Zanira, cerdas, humoris dan ramah. Berbulan-bulan, Pangeran Arkara dan Puteri Zanira berkirim surat. Setiap dua minggu sekali, burung Merpati datang membawa surat balasan. Mereka saling berbagi cerita banyak hal, tentang sastra, tentang kehidupan kerajaan, tentang masa depan yang sama-sama sebagai pewaris tahta.
Walau belum pernah dengan jelas melihat wajah Puteri Zanira, tapi karena sering berkirim surat dan berbagi cerita, Pangeran Arkara merasa dekat dengan Puteri Zanira, bukan hanya itu, ia juga telah jatuh cinta dengan Puteri Zanira, dan merasa bahwa Puteri Zanira juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Tapi, beberapa minggu ini, ada yang aneh dengan Putri Zanira. Balasan suratnya selalu terlambat hadir. Isi dalam suratnya juga tidak seperti dahulu, sekarang Puteri Zanira terkesan lebih pelit dalam menulis, isi suratnya hanya sekedar pesan singkat. Pangeran Arkara yang terlanjur jatuh cintapun heran, dia mulai menanyakan kenapa sikap Puteri Zanira tidak sehangat dulu. Balasan terakhir Puteri Zanira sangat menohok hati, ternyata Puteri Zanira merasa bahwa hubungan antara ia dan Pangeran Arkara sudah terlalu jauh, dan itu tidak baik untuk seorang pangeran dan seorang puteri pewaris kerajaan. Tapi, Pangeran Arkara buta hati. Ia salah menangkap maksud dari Puteri Zanira, ia malah berniat melamar Puteri Zanira. Malangnya, surat tersebut adalah surat terakhir, karena Puteri Zanira tidak pernah membalas surat-surat dari Pangeran Arkara lagi. Lamaran Pangeran Arkara tertolak. Karena peraturan kala itu, jika ada surat lamaran datang, dan dalam satu bulan tiada balasan, berarti lamaran tersebut tertolak.
Ayahanda Pangeran Arkara yang sudah tua, harus segera digantikan posisinya. Beliau menjodohkan Pangeran Arkaa dengan anak kerabatnya, yang bernama Nirapu. Akhirnya, Pangeran Arkara menikah dengan Nirapu, pesta pernikahan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.
Kabar pernikahan Pangeran Arkara dan Nirapu, terdengar oleh seantero negeri, pun terdengar oleh Puteri Zanira. Puteri Zanira sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Karena akhirnya Pangeran Arkara berhasil mengikhlaskan perasaan cinta kepada Puteri Zanira dan menikah dengan Dirapu. Selama ini, Pangeran Arkara terlalu berlebihan menanggapi Puteri Zanira. Puteri Zanira memang terkenal ramah dan humoris, banyak yang menyenangi beliau. Jadi, keramahan bukan pertanda cinta dari Puteri Zanira. Puteri Zanira tidak sama sekali menaruh perasaan kepada Pangeran Arkara, ia hanya menganggap Pangeran Arkara sebagai seorang sahabat karib, tidak lebih. Cinta Puteri Zanira sudah terlebih dahulu jatuh kepada seorang sahabat yang juga sudah dianggap kakak olehnya sejak lama. Sosok yang lebih nyata bagi Puteri Zanira, terlihat raganya, terdengar suaranya, nampak senyumannya, dan jelas sapaanya. Logis bagi Puteri Zanira dalam menaruh rasa, tidak mungkin baginya sosok yang jauh dan sangat berbeda budaya, tidak mungkin baginya ada cinta tanpa betegur sapa, tanpa melihat wajah. Maka, setelah membaca pernyataan cinta dari Pangeran Arkara, Puteri Zanira, langsung memutuskan komunikasi mereka. Sulit baginya melanjutkan komunikasi, ragu baginya menerima cinta dari Pangeran Arkara, baginya cinta Pangeran Arkara hanya perasaan semu belaka, yang dapat memudar sering berjalannya waktu.
Begitulah kisah cinta antara Pangeran Arkara dan Puteri Zanira. Bukan antara, tapi kisah cinta Pangeran Arkara kepada Puteri Zanira, karena Puteri Zanira tak pernah cinta kepada Pangeran Arkara. Malangnya Pangeran Arkara yang dikira Puteri Zanira sudah bahagia bersama Nirapu, ternyata tidak semudah itu. Tidak semudah itu bagi Pangeran Arkara, sampai saat ini ia belum dapat mencintai Nirapu sepenuhnya. Entahlah apa yang diharapkan pangeran yang tak bahagia itu, mungkin pernikahan Puteri Zanira kelak yang akan menggugurkan semua rasa cintanya. Ya, tunggu saja. Waktu yang berjalan dan mengabarkan segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar